Celetuk zia
pada saat mereka bertiga rumpi di line telephon.
Semenjak
perpisahan SMA sudah satu setengah tahun mereka berpisah dengan kesibukan
masing-masing namun tak menghentikan intensitas komunikasi tiga sekawan yang
telah berteman sejak mereka SMP.
“aih,,, g
nyangka ya, kita bisa pacaran juga? Deketan lagi jarak jadiannya? Ckckckc
kompak banget dah kita! Hehehehe… g sia sia kalian jadi pasien aku. :P ”
Bangga zia
sebagai calon psikolog yang telah merasa berjasa karena selama ini hanya dia
yang siap membuka klinik konsultasi gratis untuk dua sahabatnya ini. Sementara
qoik dan banip hanya tertawa menanggapi kebanggaan zia (tumben tanpa
perlawanan.. )
Semasa sekolah mereka bertiga mempunyai prinsip yang sama tidak ingin berpacaran, pacaran bagi mereka mempunyai kesakralan yang tidak bisa hanya dijalani dengan sederhana. Tapi meski demikian bukan berarti mereka tak mempunyai kisah asmara semasa sekolah dulu.
Kisah yang paling sederhana terlahir dari Zia yang semasa SMA dia hanya tertarik pada seorang laki-laki berkacamata, dan senang membaca buku. Ya… tapi Karena Zia seorang wanita, ia tidak bisa menindak lanjuti apa yang ia rasakan hanya sebatas mengagumi, sampai akhirnya itu semua terkikis sendiri setelah satu tahun mereka lulus SMA.
Kisah kedua terlahir dari Banip yang seditikit lebih seru dari kisah asmara Zia (lebih tepatnya mengenaskan :p) semasa sekolah Banip bukan laki-laki yang tak punya penggemar, ya,,, bisa dikatakan lebih dari satu lah penggemarnya, bahkan mungkin mas Untung (penjaga sekolah) juga ikut jadi penggemarnya banip?hehehe... tapi dari beberapa penggemarnya Banip, wanita yang ia sukai tidak masuk didalamnya, lama gossip bahwa Banip menyukai wanita satu tingkat dibawah mereka. namun sayang, ia tak mendapati tanggapan dari rasa sukanya itu. yang nyantol malah adeknya wanita ini,,, heheh.. (pellet salah sasaran). Uniknya dibanding dua temannya Banip lebih dulu berpacaran dengan adek kelas yang namanya tiba-tiba muncul dalam kisah ini, tak lama setelah kelulusan Banip mengabari kedua temannya bahwa ia telah berpacaran, namun naas tak lama juga ia mengabari bahwa ia telah putus! Hehehe.
Sekali tiga
uang Qo’ik pun mempunyai kisah yang hampir mirip dengan Banip, namun bedanya
Qo’ik paling konsisten dengan wanita yang ia tentukan. Bayangkan saja, dari 1
SMP tanpa jeda ia menyukai wanita yang sama (meski diselingi beberapa wanita?
Hehe..) perjuangan cinta dia jika di film kan lebih dramatis dibanding film
Romeo & Juliet, tarik ulurnya lebih parah dibanding maen layangan, dan
bahkan jatuh bangunnya lebih mellow dibanding yang dinyanyikan Kristina.
Selepas SMA kedekatan mereka lebih intens, karena setiap reunian mereka bertiga yang sudah dipastikan ada, ditambah m3 yang selalu memberikan bonus telepon. Qo’ik dan Banip sering sekali menceritakan banyak hal pada Zia meminta pendapat tentang bagaimana harus menghadapi seorang wanita, bagaimana membangun hubungan, dan selebihnya bisa dipertanyakan (dari yang penting bahkan sampai pada yang tidak penting sama sekali). Satu setengah tahun sudah mereka menetralkan diri dari masa transisi kisah asmara SMA ke masa dunia kampus.
“ya udah lah, kalau kamu gak dapati kejelasan dari kisah asmara SMA mu mulai lah dengan yang baru”
Nasihat Zia pada
Qo’ik yang dirasa sangat alot untuk melepaskan bunga anggreknya (sebutan untuk
wanita idamannya)
“ya, mungkin
harus memulai dengan yang baru”
akhirnya
deklarasi keputusan Qo’ik menemukan waktunya.
“huft.. akhirnya” suara lega Zia yang merasa
sangat lega karena dia tidak harus lagi mendengarkan kebingungan Qo’ik tentang
satu wanita yang harus ia dengarkan setiap hari.
---000---
“hey,,,
siapa duluan nie yang mau cerita?”
“ya kamu
boleh lah Zi!”
Banip dengan
bijak menyerahkan kehormatan pada Zia, satu-satu nya perempuan di antara
mereka.
“ya,,,
jadinya aku jadian sama laki-laki yang karakternya telah menundukan keluguanku.
Kaka kelasku dikampus, awalnya kita dekat hanya sebatas adek kaka, namun
entahlah takdir mengarahkan kita pada hubungan ini! Hehehe,,, udah ceritanya, singkat! Giliran kalian… kamu
nip!”
“gue lebih
singkat nie ceritanya,,, waktu ditugasin ke Bogor gue ketemu sama seorang
wanita yang meneduhkan semenjak pandangan pertama. insyaAllah nanti dia satu
kampus sama kamu Zi, nitip ya? ”
“aih,,, siap
bang! Hehehe… tinggal kamu Qo’ik. Laki-laki paling galau diantara kita
bertiga.”
“hehehe…
sial! Setelah melepas dengan segala kesulitannya, saya menemukan wanita sunda
waktu acara yang khusus untuk putra/I sunda. Dia manis, karakternya unik, dan
ya… semenjak dari acara itu saya tertarik untuk lebih dekat sama dia dan
untungnya ini tak bertepuk sebelah tangan, setidaknya baru saat ini saya
mendapatkan kejelasan dari seorang wanita. Hehehe…”
“hmmm,,,,
untung kita kasmaran bareng-bareng ya? G kebayang deh kalau ada salah satu dari
kita yang harus gigit jari ?! hehehe”
---000---
Akhirnya
tiba pada saat mereka berada pada posisi “aman” (gak galau), pada beberapa masa
pembicaraan mereka bukan lagi kebingungan bagaimana cara menghadapi rasa
kegelisahan mereka, tapi semua pembicaraan mengarah pada kebahagiaan, dan
saling pamer tentang keromantisan pasangan masing-masing.
“besok aku
mau jalan-jalan dong! Keliling Jakarta.. ”
Bangga Zia memamerkan kegiatan bersama pacar pertamanya saat mereka berkirim pesan.
Esok hari,
Kota Tua menjadi pilihan pertama Zia dan pacarnya untuk berkeliling Jakarta.
Zia sangat antusias dalam perjalanan ini, maklumlah sudah hampir 20 tahun hidup
di Indonesia belum pernah dia menginjak Monas dan Kota Tua, kalah sama
bule-bule.
Kota Tua merupakan saksi sejarah kota Jakarta, dibalik arsitektur bangunan yang mengagumkan menyimpan “misteri” akan peristiwa sejarah di masa lampau, begitupun Zia yang mencoba mengukir sejarahnya ditempat eksotis ini, mereka berfoto-foto menghabiskan setengah hari dari perjalanan, lalu dilanjutkan menuju Istiqlal dan Monas, pada saat itu mereka banyak membicarakan tentang masa depan seakan hubungan ini tak akan pernah berakhir, hanya membayangkan tentang keabadian.
Selang beberapa hari setelah dari Kota Tua, dunia keabadian yang mereka ciptakan seakan menemukan titik pangkalnya, segalanya berakhir dalam satu kata “PUTUS!”
“nip, iq…
aku putus… help me! T.T”
jari Zia memencet
pasti tulisan “SEND” , tanpa melihat layar kembali.
Tak harus
menunggu lama HP Zia berbunyi.
“koq bisa? Kenapa?”
saking
kompak nya mereka, memberikan jawaban yang sama.
“ga tau,,,,
nanti aku ke Bandung, siapin waktu!”
“siip! Ok!”
lagi, jawaban
kompak mereka.
---000---
“Dimana Zi?”
“Ciputat, knp?”
“nanti Dinda saya kesana, mau nyari kosan.
Kosan kamu kosong kan?”
”ya, kosan
bareng sama aku aja. Jam berapa? Biar aku jemput..”
“siangan lah..”
”ok, sms aja
nip”
Dengan
suasana yang dipaksa tenang, Zia legowo bahwa dia harus lebih dulu mengalami
patah hati dibanding Qo’ik dan Banip yang masih hangat-hangatnya kasmaran.
“Zi, dia
udah nyampe kampus tuh, jemput…”
“siap,
bung!”
Lagi, dengan
ikhlas Zia melewati udara Ciputat yang
sangat panas, melangkahkan kaki yang dirasa menjadi sangat berat untuk
melewati jarak antara kosan-kampus.
“Nda dmn?
Aku udah depan kampus nie..”
“di akademik
pusat teh”
“owh ok, aku
kesana. Kamu pake baju apa?”
“orange,
nanti Nda ada dipas pintu teh”
Wanita
tinggi, kurus, berkacamata itu sedang menunggu didepan pintu berlambang
almamater yang tak lama lagi akan menjadi almamater wanita ini.
Tak perlu menunggu lama Zia sudah bisa menemukan Dinda dari sekian banyak kerumunan mahasiswa yang berada digedung akademik. Maklumlah, sudah menghabiskan hampir 4 semester mengasah kemampuan Zia untuk membedakan mana yang mahasiswa sama mana anak baru, dari segi penampilan pun sudah bisa di tebak cepat oleh Zia.
“hey, Nda…
langsung aja yu kekosan? Ciputat udah kaya Kairo, panas banget… J”
Tanpa
basa-basi Zia langsung mengakrabkan diri. Zia selalu menganggap Dinda sebagai
barang titipan sahabatnya jadi sebisa mungkin ia tidak membuat Dinda canggung.
“hmm,,,
kapan Banip mau jenguk Nda?”
“gtw, tapi
mungkin besok teh, katanya aa mau ngajak jalan-jalan”
“owh ya?
Kemana?”
(*kepo)
“gtw teh,,,
mungkin Kota Tua”
Kota Tua?
Hmmm,,, suram! (Dialog Zia dalam hatinya)
semenjak
peristiwa terakhir dengan pacarnya Zia membuat penyakit baru dalam sejarah, ”Phobia
Kota Tua”.
“jam berapa
Banip mau datang nya?”
“gtw teh ,
mungkin pagi”
Krik krik
krik… lama Zia tidak memberikan respon atas jawaban terakhir Dinda, dia hanya
garuk-garuk kepala mendengar semua jawaban Dinda diawali “gtw”,
“ish,,,
terus yang Nda tau apa?” (celetuk Zia dalam hatinya).
Pagi Ciputat
masih meraba kehangatannya, ponsel Dinda sudah berbunyi panggilan telephon,
terlihat Dinda mengangkat dan berbicara singkat. Di depan Dinda Zia menunggu
penasaran menyelidiki siapa di ujung saluran sana?, tak lama Dinda melaporkan
hasil pembicaraannya dengan orang yang Zia anggap misterius.
“teh , tadi
aa telepon. Katanya udah Di Ciputat, nanti dia langsung jemput kesini”
“owh,
manusia itu ternyata” puas Zia mengetahui siapa orangnya
“hah? Kenapa
teh?”
“eh gpp.. ya tunggu aja dulu, jam berapa
kesininya? ”
dalam hati
Zia mengancam, “awas aja nie kalau jawabannya pake gtw”
“gtw, teh…
eh! Kan si aa udah di Ciputat, koq masih gtw ya? Hehehe..”
“hehe,,,
dasar!”
Tak lama pintu terdengar suara nyaringnya diiringi oleh ucapan salam seorang laki-laki, dari suaranya mereka sudah bisa menebak itu adalah laki-laki yang sedang mereka tunggu, berbinar-binar Dinda langsung menuju cermin didepan kamar mereka, membetulkan kerudung dan langsung menuju pintu menjemput pangeran dibalik pintu.
“teh, nie aa
dateng.. ” teriak Dinda
Meski tanpa
binar-binar seperti apa yang Dinda rasakan, Zia langsung menuju ruang tamu
menyambut sahabatnya itu.
“sendiri
nip? Gak ngajak si Ko’iq”
“wuih,,,,
itu beda agenda nanti, sekarang agenda rumah tangga dulu… J”
melirik
tanda kemenangan, meledek sahabatnya yang baru Jomblo.
“owh gitu?”
jawab Zia ketus
“emang mau
kemana?”
“Kota Tua
Zi, nie Dinda ku mau tahu kota katanya…”
“owh, Kota
Tua ya? Hmmm,,, kemaren si aku putus abis dari Kota Tua, kutukannya masih
berlaku ga ya?”
Tak lama
biji sukro mendarat dikepala Zia.
“sembarangan
ngomong!”
“hahaha,,,
ga usah segitunya kali, takut bener? :P”
tanpa
menunggu Banip berpamitan Zia langsung kabur masuk kamar.
---000---
Semester
lima ini Zia punya kebiasaan baru, sepulang dari kampus ia mesti mampir ke
warnet sebelah kosannya, dengan alibi menghilangkan kejenuhan Zia sangat rutin
melakukan ritualnya setiap hari.
Dilayar Face
Book, Zia tiba-tiba muncul Chat baru.
“assl,,,
Zia?”
“siapa ya?
Hmmm,,,,”
Dari namanya
Zia lupa-lupa ingat, mencoba terus mengingat deretan huruf yang membentuk nama
itu, Zia terus meraba LTM nya (Long Term Memory). Ia terus mencoba informasi
tentang orang yang baru menyapanya ini, dilihat foto, wall, dan terakhir
informasi tentang si pengguna. Setelah melihat data-data yang ia butuhkan dan
dengan perenungan beberapa detik, tak lama sebuah lampu muncul di atas
kepalanya, menandakan bahwa ia menemukan jawaban.
“aha! Baru
inget,, cewe nya Ko’iq! Ckckckc ”
“hey, Rahma!
Sehat? Wa’alaikum salam..”
“salam kenal
Zi, Alhamdulillah aku sehat. Lagi sibuk apa?”
“hehe,,,
biasalah sibuk UAS, butek nie,, pengen jalan-jalan”
“ia, sama
aku juga lagi UAS,jalan-jalan ke Bandung aja? Kita jalan bareng.. J”
“wah,,, ia
tuh aku mau banget ke Bandung, ada tempat yang harus aku kunjungi sebelum aku
mati!hehe…”
“kemana? Tempat
penting banget kayanya?”
“Kawah
Putih”
“hah?”
“ga usah
heran gitu, heheh,,, aku mau kesana dari dulu, tapi tiap kali ngajakin orang
selalu banyak alasan, termasuk laki-laki mu itu”
“oh,,, muhun
atuh di antos, nanti aku juga bilangin sama si akang”
“akang?
Hmm,,, mentang-mentang ketemu di acara putra/I sunda, ampe panggilan nyunda
banget.. -_-. Ok nanti aku ke Bandung kalau udah liburan”
Keasyikan chating, tiba-tiba mata Zia langsung menuju bill (waktu di warnet) menunjukan 59:00. Tanpa berpamitan Zia langsung menutup layar FB nya, dan mengklick kotak stop pada tampilan bill. Tak ingin tekor Zia hanya menjatahkan Rp. 3000 untuk warnet per hari nya, merasa aman untuk hari ini Zia langsung membayar dan menuju kosan.
Masih dalam suasana BT, Zia duduk diruang TV memainkan remot TV. Bersaingan dengan suara TV yang seakan-akan sedang Zia tonton, suara ponsel Zia berbunyi terlihat dilayar pesan: Qo’ik.
“rute ke
kota gimana?”
“mau kemana
emang?”
“Kota Tua,
biasa si eneng mau jalan-jalan kesana, mau cari angel yang bagus! B)”
“Ish…. Kota Tua lagi?”
Gerutu Zia
dalam hatinya, sepertinya para calon Psikolog kini harus bersiap mencari
treatment buat penyakit barunya Phobia Kota Tua.
“naek kereta
aja ampe kota, langsung nyampe depannya”
“oke!”
“yakin ke
Kota Tua?”
“iya, udah
deh,,, kutukan mu itu g bakalan ngaruh buat kita…”
“jangan
sombong, aku khawatir kutukan itu masih ada, jadi hati-hati yang bung! heheh”
“GAK
BAKALAN!.”
Membaca pesan singkat terakhir Qo’ik seakan memberi kesenangan baru buat hari-hari menjenuhkan Zia. Tanpa menghiraukan Qo’ik yang secara tidak langsung memikirkan juga tentang kutukan Kota Tua, Zia menuju kamar dan menyiapkan diri untuk tidur siang.
Bandung
Sambil
memegang ponselnya Qo’ik menghawatirkan apa yang dikatakan Zia “kutukan Kota
Tua”. Ia tak mau jadi pengidap ke dua di Dunia penyakit baru Phobia Kota Tua
setelah Zia. Qo’ik termasuk laki-laki yang paling khawatir patah hati.
“besok harus
jadi, gak ada yang namanya kutukan Kota Tua, itu bisa-bisaan nya si Zia aja”
Tanpa ragu
Qo’ik langsung mengetik pesan di ponselnya
“neng, besok
akang jemput pagi ya… J”
Klick SEND.
---000---
Liburan
sudah tiba, akhirnya Zia bisa bernafas lega. Memikirkan jadwal liburannya Zia
langsung memikirkan Bandung dan Kawah Putih, ia selalu mengidamkan hari-hari
indah itu. Mengingat janjinya bersama Rahma ia langsung mencari ponsel untuk
meminta Qo’ik mengirimkan nomor Rahma, namun belum selesai ia mengetik layar
ponsel Zia berganti menjadi panggilan masuk dilayar tertulis “Banip”.
“kenapa nie
anak?” heran Zia sambil memencet tombol hijau.
“assalamualaikum,
kenape? Tumben telepon?”
“wa’alaikumsalam,
konsultasi gratisnya masih buka? ”
“hhmm,,,
kalau udah kaya gitu ada masalah dah berarti. Kenapa? Sini cerita”
“emang cewe
suka ada jenuhnya ya dalam setiap hubungan? Saya putus Zi”
(Zlep moment)
Beberapa
menit Zia tak berani mengeluarkan suaranya, bingung mau memberikan respon apa
pada orang yang sedah patah hati? Ia sangat memahami betul tentang pepatah yang
ia karang sendiri “semanis apapun yang kamu bicarakan pada orang yang patah
hati, tetap saja itu akan menjadi pahit!”
“ya,,,
semoga ini jalan terbaik nip, mungkin dia hanya membutuhkan waktu untuk
meyakinkan, maklumlah anak labil? heheh”
“hhmm,,, ya
mungkin, semoga dia labil nya ga kelamaan.”
“ya, semoga!
J”
Tut,,,
tut,,,, tut,,,,, telepon mati, mereka sudah terbiasa jika tiba-tiba telepon
mati, itu resiko pengguna gratisan harus siap dimatikan kapan pun. Layar
kembali pada ketikan Zia yang belum sempat terkirim, tanpa melanjutkan
ketikannya Zia berpikir untuk pulang ke Cipanas terlebih dahulu sebelum ia
berjalan-jalan, ia tak mau jadi Malin Kundang versi cewe sunda yang lupa rumah
padahal sudah waktunya ia pulang.
Cipanas
Satu bulan
sudah Zia menghabiskan harinya di Cipanas, kejenuhan mulai menggandrungi Zia
yang pada dasarnya gampang jenuh. Ingat dengan rencana nya bersama Rahma
wanitanya Qo’ik, bayangan kawah putih semakin dekat dan semakin tak sabar. Zia
langsung menyambari ponsel kuningnya dan mencari nama Qo’ik.
“sms apa
telepon ya?telepon aja deh mumpung gratis! Heheh..”
“Zia!
Kebetulan kamu telepon, butuh kamu… ”
“Hmm,,,,
kebiasaaan! Orang yang telepon situ yang cerita? Orang mau telepon tuh berarti
ada yang mau di omongin, ini malah situ yang ngomong duluan?”
(terkadang
Zia selalu jengkel dengan sahabatnya yang satu ini, kebiasaan buruknya yang
selalu cerita pada orang yang mau cerita)
“maaf2, lagi
crawded soalnya. Sok atuh kamu dulu yang ngomong”
“minta
nomornya Rahma dong, mau nagih Kawah Putih nie”
“hmmm,,,
itulah yang saya mau ceritakan, hubungan saya sama si Rahma lagi crawded nie, dia
lagi deket lagi sama mantannya, gimana ya? ”
“hehehe,,,,
”
Untuk
kejadian ini Zia tidak mengalami Zlep moment lagi seperti halnya peristiwa Banip
bulan lalu, ia memikirkan tentang kutukan Kota Tua yang sempat dia hantui
kepada dua sahabatnya itu.
“nanti kalau
udah putus kasih kabar ya? hehehe”
“sial!
Jangan sampe lah,,,, ”
“aku hanya
ingin membuktikan tentang kutukan Kota Tua, kalau kamu orang ke tiga yang putus
setelah Banip, berarti kutukan itu bener!”
puas Zia
karena dia akan menemukan kekompakan bersama dua sahabatnya “Trio Single”.
Sadar tak ada suara disebrang sana Zia langsung menghentikan tawanya dan
bersikap sebagai konsultan cinta seperti biasa.
“ya,,, mau
ga mau kamu yang harus mengambil sikap bung, kamu nahkoda nya jika salah
pasangan kamu sudah mendayung di kapal yang lain, kamu harus kasih ia pilihan
mau mendayuh dimana? Karena gak mungkin mendayuh di dua kapal yang berbeda”
“ya, nanti
saya co..”
mati! Lagi2
pengguna gratisan harus bersabar dengan pembunuhan paksa komunikasi mereka.
Sambil terus
tertawa ia langsung mengetik dengan jari lihai nya memberikan info ke sahabatnya
yang lain.
“Qo’ik lagi
galau, tunggu beritanya. Kalau dia beneran putus berarti kutukan itu emang ada!
J”
(SEND Banip)
Ciputat
Setelah
kemarin cukup prihatin dengan peristiwa yang menimpa Qo’ik, Zia juga harus
turut berduka karena rencananya ke Bandung mesti gagal, bayangan Kawah Putih terpaksa
sirna dalam pikiran Zia, karena kondisi
hubungan Qo’ik dan Rahma yang sedang crowded. Sudah hampir seminggu ia tidak
mengetahui kabar Qo’ik dan Banip termasuk tentang kutukan Kota Tua. Sibuk
dengan urusan masing-masing, mereka tetap melanjutkan hidup tanpa melakukan
ritual seperti biasanya ngerumpi di line telephon memanfaatkan gratisan m3,
kelelahan setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam Zia tertidur lelap
sampai mentari Ciputat kembali bersinar, alarm pukul 03.00 tak terdengar Zia
karena saking lelapnya bahkan azan shubuh pun getaran suaranya tak sempat
melewati gendang telinga Zia. Sangat pulas, sampai Zia terbangun oleh suara
ring tone dari ponselnya.
“Qo’ik?
Kenapa nie dia? Malem2 telephon… hah? Malem? “
Zia terkejut
melihat deretan angka di ponselnya yang menunjukan pukul 06.15! tanpa
menghiraukan panggilan dari Qo’ik Zia langsung melarikan diri menuju kamar
mandi bergegas mengambil wudhu dan menunaikan shalat shubuh meski sudah sangat
telat! Seusai shalat, setengah sadar Zia kembali mengececk ponselnya dan
melihat panggilan masuk, tak memikirkan apakah dia mempunyai bonus atau tidak
Zia langsung memencet tombol hijau yang menampilkan layar “memanggil Qo’ik”
“hey,
kenapa?”
“kutukan itu
bener zi!”
“hhmmm? Siapa
yang putusin?”
(setengah
sedih, namun dominan gembira. Akhirnya “Trio Single” resmi terbentuk!)
“saya, dia
tidak pandai untuk menyembunyikan perahu yang lain. Ia tetap mendayung di dua
perahu padahal ia telah memutuskan untuk tetap mendayung diperahu yang saya
nahkodai”
“sabar ya,
pasti ada wanita yang lebih baik yang sudah disiapkan untuk mu bung!”
“ia.. semo…”
(Tut tut tut………..
kembali pembunuhan komunikasi).
---000----
Semenjak terbentuknya
Trio Single Zia, Qo’ik dan Banip kembali melanjutkan ritualnya untuk
menghabiskan gratisan m3 di malam yang sacral malam minggu, malam yang biasanya
di caci maki oleh para jomblo terkecuali Trio Single ini.
“ok,
sekarang udah hampir satu tahun kita ngejalanin ritual ini. Sekarang saatnya
kita ceritain lembaran baru kita! ”
Gagas Banip
mengawali obrolan ritual. Semanjak putus dengan pasangan masing-masing, kisah
asmara mereka tak berhenti sampai sana.
Banip yang
masih ingin mempertahankan kisah asmaranya dengan Dinda terus mencoba memaklumi
kelabilan Dinda yang terakadang membuat rasa cintanya maju mundur (bukan jatuh
bangun). Qo’ik pun tetap mempertahankan
cinta lamanya namun ini cinta yang ia perjuangkan dulu, jika di film kan lebih
dramatis dibanding film Romeo & Juliet, tarik ulurnya lebih parah dibanding
maen layangan, dan bahkan jatuh bangunnya lebih mellow dibanding yang
dinyanyikan Kristina, ya,,, anggreknya kini kembali bermekar dalam hati Qo’ik
yang sempat ditumbuhi bunga liar sebagai pelarian atas keputus asaannya
terhadap bunga anggrek yang tidak kunjung memberikan kepastian siap bermekar
atau tidak dalam hati nya. Sedangkan Zia menemukan cinta barunya, teman SMA
mereka kandidat yang mendadak muncul dalam kisah asmara Zia, yang tak seorang
pun bisa menebak bahwa mereka akan menjalin hubungan termasuk Zia dan Pangeran
Ionianisnya, meski dengan karakter yang sangat berbeda mereka mencoba membangun
Negri ionianis dengan segala keharmonisan dalam indahnya perbedaan,
kesederhanaan cinta namun penuh makna.
“ok, mulai
sekarang Trio Single resmi di bubarin! Hehehe… sepakat bapak-bapak?”
“yo’i” (jawab
kompak Qo’ik dan Banip)
“dan kemungkinan besar kita bakal jarang
ngelakuin ritual kita, ya ia lah…. Udah saatnya kita maming sama pasangan
masing2! Ngerumpi mulu… ckckck”
celoteh Zia
ikut meramaikan penutupan ritual sacral malam minggu Trio Single.
“ya,,,
semoga kutukan kota tua berhenti sampe loe ik! Kasian pasangan yang lain kalau
kutukan itu masih berlaku!”
“hehehe…. Sepakat2!
Ok… kutukan kota tua pun resmi di cabut, hmm,,, tapi kalian pernah mikir gak
sih? Kalau kita kompakan lagi sekarang?”
“kompak
apaan Zi?” (Tanya Banip penasaran)
“kita
bertiga LDRan, aku sama laki-laki ku nyebrang pulau, Banip Dinda Bandung-
Ciputat, Qo’ik sama anggreknya Bandung-Bekasi!”
“eh,
iya,,,,, kita kompakan lagi ya? Keren!” (senang Qo’ik menyadari ini)
“yah,,,,
semoga gak ada kutukan LDRan! heheh”
“ZIA!!!!!!!!!
STOP!!!!”
“hehehehe…….
Takut banget sie jomblo?”
“tau ah!”
Tut tut tut…….
(lagi m3 jail membunuh keceriaanTrio LDR).
---000---
0 komentar:
Posting Komentar