Pagi tahun
ini tak sama dengan pagi dua tahun lampau,
Dimana kita
terbangun oleh senyuman yang meneduhkan
Tanpa indrawi
penglihatan, hanya dengan mata batinnya
Elusan tangan
halus terus mencoba meraba wajah
Lalu suara merdu yang
bergema dalam telinga
Meski tak diiringi oleh bingkisan yang berarti
Tapi senyum
dan mata sendunya selalu mendamaikan
Pertambahan
usia seakan menjadi suatu kemantapan akan kedewasaan
Awal sebuah
tekad tentang kebahagiaan bidadari surga dalam pelukan
Hhmmmm,,,, sedih? Ya,,,, ini begitu menyedihkan jika
selalu kita ratapi
Ini terlalu
menyakitkan jika selalu kita sesali
Bidadari
surga telah tiada dan kau beranjak
dewasa
Kala
kehidupan kembali tak terjamah oleh harapan
Sendu,
kelabu, bahkan ambigu memaknai seorang “ibu”
Teringat masa
lampau kala sang ibu bertutur akan sebuah angan
“Ananda, jika
tiba saatnya kehidupan tak bisa diterawang seperti dulu,
Kegelisahan
terpancar akan kehidupan dua tunas kecil,
Jagai ia
seperti halnya ibunda menjagamu dalam kelemahan
Bantu ia
seperti halnya ibunda membantumu dalam membangun harapan
Dengarkan ia
seperti halnya ibunda mendengarkanmu tentang cerita kehidupan
Dan dampingi
ia dari tunas yang menjadi pohon indah
menaungi tempat pembaringan
Tuntun ia
disetiap jalan kegelisahan, temani ia
dalam setiap kesunyian.”
Ibunda,,,
hari ini dua tunas kecil itu bertambah usia
Meski
keberadaan mu tak pernah tergantikan
Dan terkadang
kedukaan sulit untuk terhapus dalam ingatan
Namun ia
perlahan menyemaikan keindahan setangkai bunga
Terbaringlah
dengan tenang, disini ananda menemani mereka
Dua tunas kecil
yang selalu menyayangi dan merindukan ibunda
“selamat
ulang tahun dua tunas kecil titipan bidadari surga”
Percaya, kita
akan selalu saling menguatkan.
Ulfah arsyul mamlakah 23 januari
Dhiya raisyah
aminy 27 januari
0 komentar:
Posting Komentar