Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Selasa, 29 Januari 2013

Dua Tunas Titipan Bidadari Surga



Pagi tahun ini tak sama dengan pagi dua tahun lampau,
Dimana kita terbangun oleh senyuman yang meneduhkan
Tanpa indrawi penglihatan, hanya dengan mata batinnya
Elusan tangan halus terus mencoba meraba wajah
Lalu suara merdu yang  bergema dalam telinga
“selamat ulang tahun anakku…!”

Minggu, 20 Januari 2013

Namanya Dimas


Namanya Dimas.
Cerahnya pagi  Cirebon terhalang oleh kabut kelelahanku yang baru bisa tidur selepas shubuh.  Pukul 08.00 tepat aku baru saja terbangun, itu pun terpaksa karena anak-anak yang lain memaksa ku pergi dari kerajaan mimpi tentang negri ionianis yang ku karang.
 “bangun teh, kita harus pergi ke TK buat kunjungan,,”
suara bias rembulan wanita palembang yang menurutku dia bangga kali ini karena bisa membangunanku, biasanya aku yang mengganggu tidur panjangnya.
“hmmmm,,,,” jawabku singkat, dengan penuh berat hati aku bangkit dari tidur dan pause tayangan kerajaan mimpi,
“udah pada mandi semua ya? Hmm,,,, aq aja yang belum mandi?”
 malas mandi…. Hehehe. Dimeja sudah tersaji makanan khas Cirebon ya,, mereka menyebutnya lenko.
 “hmm,,, isinya kaya gado-gado nanggung ya?”
menuju meja langsung menyantap makanan, aku menghiraukan tatapan sinis mereka melihat anak gadis bangun tidur langsung mencari makanan.
-----0-------

Sabtu, 12 Januari 2013


Catatan kerinduan antara duren, maranggi dan bubur t’gie

13 January 2013
:Mega Dharwis
Ini tentang kerinduan seorang anak pada sarang kedamaiannya, dimana dua bulan dirasa menjadi waktu yang sangat panjang dan sangat menjenuhkan. Tiba waktunya untuk melepas segala keluh kesah pada seorang ayah yang ia banggakan, meski sayup-sayup getar nada kerinduan selama ini mengalir dalam aliran jaringan signal telkomsel atau indosat, namun masih tetap tak bisa menghapus kerinduan seorang anak pada sarang kedamaiannya.
Kemarin aku datang dengan segala perjuangan, rintangan perjalanan yang harus ditempuh selama  delapan jam yang biasanya perjalanan hanya cukup ditempuh 3 jam! Owh itu sangat menjenuhkan kawan…  Longsornya tanah Puncak membuat perjalananku memutar 180 derajat pada jalur alternative lain Jonggol. Hmmm,,, ini sebenarnya biasa, karena jika weekend jalur Jonggol akan menjadi pilihan bagi para pengendara yang menghindari kepadatan Puncak, yang tidak biasa adalah jalur alternative kali ini menjadi pilihan semua orang. Hahaha,,,,, perjuangan belum seberapa kawan, sesampainya di Cianjur aku dijemput oleh kaka laki-laki ku dan keluarga mungilnya. ditengah perjalanan jalur menuju Cipanas ditutup,  entah kami tak tau alasannya. Maka kami langsung menuju jalur alternative  yang lebih sangat memutar, jalur pesawahan yang lagi-lagi ternyata ini menjadi pilihan semua orang.  Keluar jalur alternative kembali kami harus tertahan oleh antrian mobil yang berhenti karena ada kabel listrik yang meledak disebabkan oleh pohon tumbang. Arrrgghhh….! Lagi-lagi aku harus mengusap dada menghadapi suasana yang menjengahkan ini, untung senyuman keponakan kecilku sedikit menjadi penghibur dalam mobil tua kami. Tanpa menunggu lama kami langsung mengarahkan mobil pada jalur alternative lain (lagi-lagi ini menjadi pilihan semua orang) sangat padat.
Tepat pukul 16:50 aku sampai disarang kedamaianku, bau kerinduan begitu dekat dengan gelora ketidak sabaranku untuk bertemu ayahanda dan keluarga ku yang lainnya. Seakan sudah lebih dari dua bulan aku meninggalkan tanah ini, banyak yang berubah. Langkah kaki menjadi tidak tenang lagi, kupercepat untuk menemukan rumah yang aku rindukan, seperti sedang mempersiapkan diri untuk menanti kedatangan anaknya, abi berada diteras depan, meski tak ada letupan kembang api atau petasan namun sambutan ini sangat menenangkan, pertemuan yang sudah dinantikan. Menyambutku orang rumah pun segera mengerumuni teras dan meramaikan suasana sore Cipanas pada saat itu. Tanpa basa-basi aku langsung memposisikan diri sebagai seorang anak yang rindu dimanjakan, sekejap kedewasaanku luntur. “bi,,, mega punya targetan nie selama tiga hari dirumah, ada tiga makanan yang mega pengen”  dengan serempak keluarga ku bertanya “apa?” dengan muka yang penuh harap aku langsung menjawab “maranggi, duren, sama bubur t’ghie!” hahaha….. semua orang hanya menggelengkan kepalanya, ya mungkin mereka merasa kedatanganku hanya membuat mereka susah… hehehe,,, dan tak lama aku langsung menodong abi tuk segera memenuhi keinginanku “jadi kapan bi?”.
Hari pertama kedatanganku tentu keinginan yang aku list tak bisa dilaksanakan karena dirumah sudah sangat banyak makanan yang dimasak oleh kakak perempuan kesayanganku t’gie, tangan ajaibnya selalu saja menyulap bahan-bahan makanan menjadi sangat mantap untuk disantap. Hari kedua aku terus menuntut keinginanku tak peduli dengan adek-adekku yang keanehan karena kakak nya lebih manja dari mereka, aku terus merengek mohon dikabulkan targetan makananku, namun karena kesibukan abi dan cuaca yang tidak mendukung terpaksa aku kembali harus menahan diri tetap bersikap tenang (meski sangat kecewa).  Mencoba mengalihkan perasaan aku membuka laptop kesayangan yang kuberi nama “Denok” melakukan apapun tanpa arah, untungnya tak lama seorang “teman” menelpon yang langsung ku angkat. Percakapan yang membuat eskalasi emosi meningkat, membuatku lupa sejenak akan kekecewaan ku malam itu, diruang tengah telepon rumah berdering dari percakapannya aku yakin itu abi. Tak lama aku dengar t’gie berteriak “ga,, kata abi jangan dulu tidur, abi lagi beli maranggi!” dengan senyuman seakan aku mau berteriak bahwa aku mempunyai ayah yang luar biasa! Hehehe…. Maranggi datang….! Dengan sumringah aku mengucapkan terimakasih  langsung menyantap tusukan daging sapi hangat yang dibumbui kecap, beberapa uli bakar yang berbentuk kotak, dan tak lupa sambal oncom! Wuih,,, tulisan saja tak bisa mewakili kenikmatan santapan ini kawan. Hehehe,,,   malam ini cipanas menjadi sangat menyenangkan.
Hari ketiga aku dirumah ada dua targetan lagi duren dan bubur t’gie,dengan semangat baja  aku siap untuk mengusahakan ini semua. Ku ajak kakak laki-laki ku untuk memburu duren didaratan Cipanas, aku percayakan sepenuhnya pada a’tho (sebutan aku untuknya) karena aku sama sekali tak faham tentang duren, yang penting santap mantap! Hehe,,, beberapa jam kemudian dua duren telah menebarkan baunya dimobil kami, wuih,,,, tak sabar rasanya, dengan kejailanku aku mencoba untuk mencomot satu biji duren, “hhmmmm koq ga manis a?” “ia itu yang paling lumayan” sedikit kecewa berharap duren kami yang kedua tidak mengecewakan. Sampai dirumah aku langsung berteriak bahwa duren telah tiba, sayang tak semua orang rumah ikut dalam kenikmatan ini karena mereka tidak suka duren, aku rasa kenikmatan hidup mereka berkurang karena tidak suka buah berduri ini. Penuh kekalapan aku menghabiskan 3 biji buah duren, padahal targetan awalnya hanya 2 karena perutku tak akan siap  untuk memakan lebih dari itu, aku berhenti sementara yang lainnya tetap melahap biji-biji duren yang masih tersisa.
Selesai menyantap duren, t’gie turut membahagiakanku dengan bubur buatannya, racikan yang sampai saat ini aku tak mengerti bagaimana dia membuatnya, tapi percayalah dari semua bubur yang pernah aku santap hanya bubur t’gie yang aku rindukan. Setiap kali mamakan bubur di Ciputat aku selalu membandingkannya dengan bubur buatan t’gie, membuat orang-orang jengkel karena mereka hanya mendengarkan  rasa enaknya dari ceritaku. Bubur  ini menghangatkan udara cipanas yang sangat dingin,meski tampilannya sederhana hanya terdiri dari bubur, sedikit potongan ayam dan ati, sambel, kacang dan kerupuk tak menutupi rasa yang sampai sekarang aku curiga dia menggunakan mantra-mantra untuk membuat rasa yang luar biasa di bubur ini. Sayang karena jarak antara duren dan bubur tak lama mengurangi kenikmatanku untuk menyantap lebih banyak bubur hangat ini.
Semua sudah terpenuhi, kini aku menemukan makna akan kerinduan ku terhadap rumah ini, bukan terletak pada makanan-makanan yang menjadi targetanku. Karena secara rasional  bisa saja aku langsung memenuhi keinginan-keinginan ku sendiri tanpa harus menunggu dipenuhi oleh orang rumah. Namun tahu orang rumah memanjakan dan berusaha untuk membantuku untuk memenuhi keinginanku ini menjadi moment berarti, membahagiakan, dan sangat menenangkan. Terkadang aku dibuatnya malu disaat apa yang aku lakukan tak sebanding dengan yang kudapatkan disarang kedamaianku, namun biarkanlah ini menjadi tekad ku yang baru bahwa semua yang kudapatkan disini harus menjadi semangat baru dalam perjuanganku ditanah rantau sana, karena aku menyayangi mereka dan selalu merindukan sarang kedamaianku. 



Jumat, 11 Januari 2013


Ijinkan ku sebut kau ibu
29January  2012 at 3:29pm ·
:mega dharwis

Jika memang ini takdir, maka ijinkalah aku mengadaptasi ikhlasku,,,
Pada kenyataannya takdir tak semudah yang diinginkan
Bukan inginku untuk mengeras pada ego ku
Hanya saja memang begitu lemahku akan kuatku
Maka jika ingin tetap kau ku panggil ibu
Tetap lah berdiri tegak disampingku
Karena lamun ku tentang haru biru dulu
Tak sekejap mata hilang dalam ingat ku
Bukan untuk menggantikan, karena itu bukan inginku
Bukan juga sebuah tangtangan, karena itu tak ku tau
Aku hanya ingin kau membantu ku dalam sebuah keikhlasan
Inginkupun kau menjadi patahan sayap yang tetap melindungiku
Meski aku mengeras dalam sebuah ke irasionalan
Maka tetaplah berdiri dekat dalam kerapuhanku
Lalu ijinkan lah aku memanggilmu ibu dalam kedamaian
Karena memaksa ku hanya akan semakin membuatku diam membisu
Membatu dalam keegoisan, menahan senyuman hanya karena kemarahan!
Mengalir dalam linangan air mata yang bosan setiap hari keluar dalam kelemahan ku
Bukan aku tak ingin akan kehadiranmu...
Ini hanya tentang kepasrahanku akan waktu
Bersabarlah, karena aku sangat menyayangi atap surgaku....







selamat hari ibu...
22  December, 2011 at 11:27am ·
:Mega Dharwis
Hari ini kekuatan kita kembali teruji
dimana,,, kita menjadi sesak karena  tak bisa lagi lakukan ritual kita bersama
ya,, saling dahulu menyucapkan dan memberi hadiah
saat mereka berlomba mengatakan rasa cinta kepada ibunya
kita semakin dibuatnya membisu, mengeluh, dan mengharu.
Aku yakin,,, hari ini bukan hari yang baik untuk kita
Setidak nya untuk kali ini, disaat tanah pengistirahatannya baru saja mengering.
Tapi,,,, bukankah kita harus lebih kuat dari bidadari surga kita?
Yakinlah,,, meski kita tak lagi memberi hadiah didunia,
Allah akan menjadikan do’a kita hadiah untuknya.
Meski raga tak bersua dengan wanita lembut kita
Persiapkanlah kesuksesan kita,
Karena disaat pertemuannya nanti senyuman manis akan menghiasi wajahnya
Pun jika kita tak lagi mendapat pelukannya,
Bukankah kerukunan kita menjadi pelukan terhangat yang ia ajarkan dulu?
Aku tau kita bersedih hari ini, namun masihkah kita harus bersedih disaat kita tau ia bahagia disana?
Biarlah kesedihan kita hanya disetiap sujud kita,, 
Karena ia tak pernah mengajarkan kita menjadi pecundang mengahapi dunia dalam kesedihan
Tak perlu merasa kehilangan, bukankah dia selalu meyakinkan kita bahwa ia selalu ada meski kita jauh?
Bahkan dunia dan akhirat pun ia anggap dekat jika kita tetap membacakannya al-qur’an.
Selamat hari ibu untuk bidadari surga kami… rasa sayang kami tak terbatas waktu bahkan kehidupan.
Terimakasih untuk segalanya…. UMI!


do'a untuk umi tersayang..

: Mega Dharwis
Ya Allah... dengan penuh kerandahan hati hambamu ini bersujud
Mengagungkan nama Mu, mensyukuri nikmat Mu, memohon pengampunanMU.
Ya allah,, bilakah sujudku ini masih belum mampu menenangkan keresahan ini,
Maka dengarkanlah do’a setiap shalatku, dengan penuh tunduk penuh harapku pada MU.
 jika ini pun tak mampu menguatkanku maka terimalah do’a dalam setiap hela nafasku.
Sungguh... bukan aku tak yakin dengan keMahaanMU,
ini hanya keresahan seorang hamba yang kehilangan mataharinya,  mata airnya, dan surga dunianya.
Ya Allah.... aku tak pernah merasakan selemah ini, seakan sejenak aku kehilangan waktuku untuk tetap bertahan hidup!
Proses yang begitu cepat,  teramat sangat cepat! Seolah ini hanya mimpi buruk yang menakutkan.
Sayang.... aku takan pernah bisa terbangun untuk menyudahi mimpi buruk ini!
Aku takut termasuk orang yang kufur tehadapMu, namun ketegaranku tak berlaku untuk saat ini.
Innalillahi wa innailaihi roji’un...  Allahumaghfirlahaa  warhamha wa a’fiiha wa’funganha. Bergema dalam rumah kami, bersayup dimulut orang2 sekitar kami.
Ya allah... aku berani bersumpah air mata ini bukan tanda ketidak yakinan ku kepada Mu. 
Kerapuhan ini setidaknya menunjukan kecintaan kami terhadap wanita luar biasa dalam hidup kami.
Tersadar, bilakah kekuatan kami belum mampu menjaganya, aku yakin keMaha kuatan MU adalah jawabannya.
Umi,,,, dengan penuh ketenangan berbalutkan kesucian air wudhu,  simpulan senyum yang menenangkan, seolah sebagai tanda pamit untuk kami, Satu lagi Wanita sholehah hilang dikehidupan ini.    
Maka... kan ku  bangun lagi ketegaran ini! Aku memang sangat merasa kehilangan kekuatan umi, namun kekuatan lain masih membantuku dalam perjuangan ini. Niscaya,,, air mata ini bukan lagi air kedukaan, bukan lagi air ketidak ikhlasan. Aku jamin setiap tetesan air mataku sebagai bentuk harap atas do’aku untukmu akan terkabul.
Ya Allah...... tempatkanlah wanita yang kami perjuangkan kebahagiaannya ditempat yang terbaik. Kami siap bersaksi bahwa hanya nama Mu yang selalu ada dalam setiap perjuangannya. Istri  yang sangat luar biasa untuk abi, Ibu yang dibanggakan oleh  anak-anaknya, dan tauladan bagi orang-orang sekitarnya.
Umi... kami ikhlas akan ketiadaan jasadmu, pergilah dengan tenang. Perjuanganmu akan tetap kami teruskan... kami bangga jadi anak-anak umi! Senyuman di akhir hayat mu terus menjadi kekuatan kami untuk tetap tersenyum melanjutkan hidup.... kami sangat sayang umi(wardah jamilah)! 


untuk mu yang ku perjuangkan...
:Mega Dharwis
 Aku? Ia,,,, aku yang sedang menyenangi kesendiriannya.
Seakan melahirkan diri sebagai orang yang egois, apatis, atau apalah!
Dengan kemuakan aku berdiri, dan dengan kejengahan aku berlari.
Berharap dengan bernafas panjang aku bisa menenangkan sejenak tentang masalahku, ternyata… hanya mitos belaka! Untuk bernafaspun aku terasa sesak!
Kau tau? Ini bukan lagi masalah cinta bias kemarin… ini masalah yang lebih pelik! Masalah aku dan tumpuanku, aku dan tujuanku, aku dan cahayaku, aku dan jiwaku, aku dan do’aku,,,, iya aku dan alasanku untuk hidup.
Ini semua tentang ia yang menjadi tumpuanku disaat aku merasa kerdil, yang menjadi tujuanku disaat aku tak mampu menapaki lagi apa inginku?, cahaya dalam gua-gua  omong kosong orang sekitarku, jiwa disaat aku merasa menjadi mati karena harapan-harapanku dipaksa tewas dalam gombalan yang memuakan!,  do’a dalam setiap kerendahan hati hamba yang bersujud pada Rabb nya, iya,,, ini tentang ia yang menjadi alasan untuk semua perjuanganku.
Namun …. Semuanya menjadi seakan pudar, aku kehilangan segalanya disaat iya tak lagi kuat untuk memperjuangkan tubuhnya sendiri, seakan kehilangan taringnya untuk bertahan hidup. aku tersadar, kekuatanku tak sebanding dengan bagaimana ia menguatkanku!
Payah,,, ya tentu payah! Aku pun merasa malu atas ketidak mampuanku mengimbangi kekuatannya. Tapi malu ini bukan menjadi penyelesaian yang mutlak! Ini hanya masalah tentang pengabian.. sejauh mana aku bertahan untuk kembali menguatkannya, seberapa besar rasa sayang ini untuk tetap bertahan dalam pengabian yang tak kenal akhir… dan pada saatnya aku yakin, aku dan ia akan tetap berada dalam situasi saling menguatkan! Tentu, ini yang kusebut dengan cinta abadi dan murni. Dimana kau tidak akan menemukan “pemaksaan pengorbanan”  karena kau akan menyadari sendiri apa yang akan kau korbankan untuknya.
Maka dengarkanlah aku, memang kekuatan ini terkadang terasa lemah. namun itu hanya lelucon setan yang menjadi sketsa dalam perjalanan pengabianku. Jika tiba saat aku lemah, itu hanya kelalaian semata dikalahkan oleh lelucon setan! Percayalah,,, kasih sayang ini hanya ingin yang terbaik untukmu! lekas sembuh “ayahanda tercinta….” Guru besar tentang makna kekuatan pengabian yang tak mengenal akhir.
13 agustus 2011


Description: http://photos-f.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/293705_233582690012913_1399034_a.jpg


Top of Form
Bottom of Form

catatan pertama


Filosofi kursi
:mega dharwis
Salam hangat untuk pembaca, mohon ijin untuk memperkenalkan diriku. Boleh aku mulai? Aku anggap pembaca memiliki jawaban klasik untuk menjawab “boleh, iya, atau silahkan”, ataupun yang lainnya. Oleh karena itu aku akan memulai perkenalanku.
Aku adalah benda yang pada umumnya berkaki empat. Namun dengan perkembangan zaman yang memacu kekreatifan manusia, terkadang aku dijadikan 6,3,2,1 atau bahkan aku dirancang tidak berkaki. Jika berbicara harga orang-orang menghargai sangat beragam bisa murah atau bisa sangat mahal, terbukti  dengan harga yang ditawarkan BANGGAR pada saat renovasi ruang sidangnya aku dihargai puluhan juta! Ckck.. luar biasa bukan? Atau bahkan aku menjadi tak berharga sama sekali. Ya… pada intinya dalam bentuk apapun, selama aku masih diciptakan untuk tempat duduk, aku masih disebut kursi.
Tau kah pembaca? dalam proses pemanfaatannya atau  penyebutannya, jati diriku terkadang berubah-rubah. Aku bisa dianggap pribadi yang menyeramkan hingga menjadi hal menakutkan, atau aku bisa manjadi hal yang menyenangkan hingga aku menjadi rebutan. Membingungkan bukan? Perlu aku ulangi bahwa manusia sangat kreatif dalam memanfaatkan keadaan. Baiklah aku akan memberikan berbagai contoh untuk apa aku digunakan.
Jati diriku akan sangat menyeramkan disaat aku disebut “kursi panas” di meja hijau. Menurut orang-orang aku akan sangat dijauhi pada saat mereka harus duduk didepan para hakim dan jaksa pada saat disidang. Hmmm,,, cukup masuk akal jika banyak orang  menghindari untuk mendudukiku pada masa-masa aku disebut “kursi panas”.
Sebaliknya aku akan menjadi rebutan disaat jati diriku menyenangkan. Ya, mari kita mejelajahi nasib aku dalam beberapa kasus. Kasus pertama, entah mengapa aku menjadi bahan rebutan mereka yang berkampanye, mereka sih menyebutnya 1 kursi berharga untuk perubahan bangsa. Padahal aku hanya kursi yang dipakai untuk mereka duduk di MPR/DPR. Disaat mereka mendapati aku disana menjadikan mereka berada di lapisan atas (kalangan elit). Padahal fungsi aku sama pada saat itu “untuk duduk”.
Kasus kedua, adalah pada saat aku direbutkan oleh para mahasiswa/I  yang ingin melakukan ujian. Mereka akan datang sangat pagi hanya untuk menempatkan aku pada posisi yang tepat untuk mereka duduki. Hanya dengan menaruh benda diatasku sebagai bentuk tanda kalau aku sudah ditempati mereka akan menjadi sangat tenang. “posisi menentukan prestasi” dijadikan slogan mereka, mereka akan duduk disamping orang yang dianggap bisa memberikan mereka jawaban?! Hahahaha,… lucu memang.
Dan masih banyak lagi jika pembaca ingin mengenal aku lebih dekat. Namun pada intinya aku tetaplah hanya benda untuk duduk. Berharga dan tidaknya aku tergantung pada siapa yang menduduki aku dan dimana aku ditempatkan. Jangan merebutkan aku, karena aku tidak akan bisa menjamin akan selalu  pembaca dapatkan untuk membuat mu berharga. Tapi jadikan lah aku berharga karena diduduki olehmu dan orang lain akan mengikuti dimana pembaca duduk.  Ya.. ini hanya tentang filosofi kursi, maka jika pembaca mempunyai pemikiran lain tentang ku itu akan membantuku  mengenal lebih dalam akan jati diriku.