Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Jumat, 11 Januari 2013

catatan pertama


Filosofi kursi
:mega dharwis
Salam hangat untuk pembaca, mohon ijin untuk memperkenalkan diriku. Boleh aku mulai? Aku anggap pembaca memiliki jawaban klasik untuk menjawab “boleh, iya, atau silahkan”, ataupun yang lainnya. Oleh karena itu aku akan memulai perkenalanku.
Aku adalah benda yang pada umumnya berkaki empat. Namun dengan perkembangan zaman yang memacu kekreatifan manusia, terkadang aku dijadikan 6,3,2,1 atau bahkan aku dirancang tidak berkaki. Jika berbicara harga orang-orang menghargai sangat beragam bisa murah atau bisa sangat mahal, terbukti  dengan harga yang ditawarkan BANGGAR pada saat renovasi ruang sidangnya aku dihargai puluhan juta! Ckck.. luar biasa bukan? Atau bahkan aku menjadi tak berharga sama sekali. Ya… pada intinya dalam bentuk apapun, selama aku masih diciptakan untuk tempat duduk, aku masih disebut kursi.
Tau kah pembaca? dalam proses pemanfaatannya atau  penyebutannya, jati diriku terkadang berubah-rubah. Aku bisa dianggap pribadi yang menyeramkan hingga menjadi hal menakutkan, atau aku bisa manjadi hal yang menyenangkan hingga aku menjadi rebutan. Membingungkan bukan? Perlu aku ulangi bahwa manusia sangat kreatif dalam memanfaatkan keadaan. Baiklah aku akan memberikan berbagai contoh untuk apa aku digunakan.
Jati diriku akan sangat menyeramkan disaat aku disebut “kursi panas” di meja hijau. Menurut orang-orang aku akan sangat dijauhi pada saat mereka harus duduk didepan para hakim dan jaksa pada saat disidang. Hmmm,,, cukup masuk akal jika banyak orang  menghindari untuk mendudukiku pada masa-masa aku disebut “kursi panas”.
Sebaliknya aku akan menjadi rebutan disaat jati diriku menyenangkan. Ya, mari kita mejelajahi nasib aku dalam beberapa kasus. Kasus pertama, entah mengapa aku menjadi bahan rebutan mereka yang berkampanye, mereka sih menyebutnya 1 kursi berharga untuk perubahan bangsa. Padahal aku hanya kursi yang dipakai untuk mereka duduk di MPR/DPR. Disaat mereka mendapati aku disana menjadikan mereka berada di lapisan atas (kalangan elit). Padahal fungsi aku sama pada saat itu “untuk duduk”.
Kasus kedua, adalah pada saat aku direbutkan oleh para mahasiswa/I  yang ingin melakukan ujian. Mereka akan datang sangat pagi hanya untuk menempatkan aku pada posisi yang tepat untuk mereka duduki. Hanya dengan menaruh benda diatasku sebagai bentuk tanda kalau aku sudah ditempati mereka akan menjadi sangat tenang. “posisi menentukan prestasi” dijadikan slogan mereka, mereka akan duduk disamping orang yang dianggap bisa memberikan mereka jawaban?! Hahahaha,… lucu memang.
Dan masih banyak lagi jika pembaca ingin mengenal aku lebih dekat. Namun pada intinya aku tetaplah hanya benda untuk duduk. Berharga dan tidaknya aku tergantung pada siapa yang menduduki aku dan dimana aku ditempatkan. Jangan merebutkan aku, karena aku tidak akan bisa menjamin akan selalu  pembaca dapatkan untuk membuat mu berharga. Tapi jadikan lah aku berharga karena diduduki olehmu dan orang lain akan mengikuti dimana pembaca duduk.  Ya.. ini hanya tentang filosofi kursi, maka jika pembaca mempunyai pemikiran lain tentang ku itu akan membantuku  mengenal lebih dalam akan jati diriku.  

0 komentar:

Posting Komentar